Tak seorangpun yang menyangka bahwa penemuan SARS-CoV-2 menjelang akhir tahun 2019 akan menjadi awal dari suatu pandemi yang berkepanjangan. Masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama lebih dari dua tahun ini membuat masyarakat di seluruh dunia harus beradaptasi dengan berbagai perubahan, misalnya dengan pembatasan mobilitas, lockdown, himbauan untuk beraktivitas di rumah saja, dan sebagainya. Berbagai perubahan yang semula ditujukan untuk menekan laju transmisi penyakit, tanpa disadari juga berpotensi menimbulkan permasalahan kesehatan pada masa yang akan datang, salah satunya adalah tren peningkatan kadar kolesterol di dalam darah.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan pada bulan Maret 2021 mengevaluasi dampak dari Covid-19-related lockdown terhadap pola makan dan marker serum. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan pada kadar glukosa darah, kolesterol total, dan low-density lipoprotein (LDL) yang dijumpai pada subjek sehat setelah menjalani lockdown selama 3 bulan. Perubahan pola makan, penurunan aktivitas fisik, serta stres yang ditimbulkan oleh situasi pandemi merupakan beberapa faktor yang diduga berkontribusi pada terjadinya perubahan marker kesehatan. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian kita bersama, mengingat kadar gula dan kolesterol yang tinggi di dalam darah telah diketahui sebagai faktor risiko untuk terjadinya sindrom metabolik, penyakit jantung koroner, serta peningkatan risiko kematian (all-cause mortality). Artikel ini secara khusus akan membahas seputar pengaruh gaya hidup terhadap kadar kolesterol dan tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kadar kolesterol yang seimbang selama masa pandemi.
Kolesterol dan perannya di dalam tubuh
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak yang dapat ditemukan di dalam setiap sel tubuh manusia. Secara normal kolesterol dibutuhkan karena peranannya dalam berbagai fungsi fisiologis di dalam tubuh, yaitu untuk pembentukan membran sel, produksi hormon, serta metabolisme vitamin D. Tubuh manusia memperoleh kolesterol dari dua sumber, yaitu yang diproduksi oleh tubuh di lever serta yang berasal dari asupan makanan.
Untuk dapat melakukan berbagai fungsi fisiologisnya, kolesterol perlu diedarkan ke seluruh tubuh menggunakan partikel yang disebut dengan lipoprotein. Terdapat beberapa jenis lipoprotein, dua yang paling dikenal luas adalah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Secara umum, LDL bertugas untuk membawa kolesterol yang diproduksi di lever untuk bisa mencapai sel-sel di seluruh tubuh, sedangkan HDL bertugas untuk mengangkut kelebihan kolesterol dari seluruh tubuh kembali menuju lever untuk proses metabolisme dan eliminasi. Tampak jelas bahwa baik LDL maupun HDL sama-sama diperlukan tubuh untuk proses transportasi kolesterol. Masalah timbul saat terjadi ketidakseimbangan kadar kolesterol di dalam tubuh, seperti kadar LDL yang tinggi, kadar trigliserida (jenis lemak yang merupakan cadangan energi yang berasal dari makanan) yang tinggi, dan/atau kadar HDL yang rendah. Kadar LDL dan trigliserida yang tinggi meningkatkan peluang terjadinya deposit atau penumpukan kolesterol di dalam pembuluh darah, yang merupakan faktor risiko utama terjadinya berbagai kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, maupun penyakit arteri perifer.
Dalam pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia yang dikeluarkan oleh PERKENI pada tahun 2021, terdapat klasifikasi kadar kolesterol yang dapat menjadi tolak ukur apakah kadar kolesterol dalam tubuh seseorang dapat dikategorikan normal atau tidak. Secara umum kadar kolesterol total yang diinginkan adalah <200 mg/dl; dikatakan kadar LDL optimal jika nilainya <100 mg/dl; HDL idealnya berada pada rentang 40-59 mg/dl; dan trigliserida dikatakan normal pada nilai <150 mg/dl. Akan tetapi perlu dipahami lebih jauh bahwa selain mengetahui kadar kolesterol, kita juga perlu mengevaluasi risiko kardiovaskular jangka panjang secara menyeluruh untuk dapat menentukan target kadar kolesterol yang diperlukan untuk menekan kejadian kardiovaskular yang tidak diinginkan. Sebagai contoh: pasien diabetes dengan komplikasi gagal ginjal kronis dengan hasil pemeriksaan LDL 200 mg/dl tergolong kelompok dengan risiko kardiovaskular “sangat tinggi”, sehingga target terapi penurunan LDL <70 mg/dl. Upaya pencapaian nilai LDL ini dapat dilakukan dengan kombinasi pendekatan farmakologis menggunakan obat-obatan serta pendekatan nonfarmakologis berupa modifikasi gaya hidup.
Menjaga kadar kolesterol yang sehat serta mencapai target kolesterol sesuai dengan penggolongan risiko kardiovaskular merupakan hal yang sangat penting diperhatikan selama masa pandemi Covid-19. Data menunjukkan bahwa kondisi dislipidemia (abnormalitas kadar kolesterol di dalam darah) merupakan salah satu faktor risiko terjadinya perburukan bahkan kematian pada orang yang mengalami infeksi Covid-19. Maka selain menerapkan protokol kesehatan yang ketat, masyarakat juga dihimbau untuk menerapkan gaya hidup sehat serta monitoring kadar kolesterol secara berkala, terutama pada mereka yang berisiko tinggi, untuk memastikan kadar kolesterol berada dalam rentang yang diharapkan.
Pengaruh gaya hidup terhadap kadar kolesterol
Gaya hidup telah dikenal akan pengaruhnya yang signifikan terhadap perkembangan berbagai penyakit, termasuk kolesterol yang tinggi. Berbagai studi telah mengonfirmasi pengaruh dari gaya hidup yang sehat untuk menjaga dan mencapai kadar kolesterol yang sehat serta menurunkan risiko kejadian kardiovaskular di kemudian hari. Pedoman PERKENI untuk dislipidemia telah merangkum jenis-jenis modifikasi gaya hidup yang telah terbukti secara ilmiah mampu memperbaiki profil lipid, antara lain aktivitas fisik, terapi nutrisi medis (pengaturan pola makan), penurunan berat badan, dan berhenti merokok. Pola hidup yang sehat harus diupayakan secara konsisten dalam semua tahap pengendalian penyakit, mulai dari pencegahan, serta untuk mereka yang telah terdiagnosis dengan dislipidemia, bersamaan dengan pemberian terapi farmakologis yang diperlukan.
Tips untuk menjaga kadar kolesterol selama masa pandemi
Setelah memahami pentingnya menjaga kadar kolesterol, maka kita perlu menyusun strategi agar tetap mampu menerapkan pola hidup sehat di tengah segala perubahan situasi pada masa pandemi Covid-19 ini. Beberapa tips yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengatur pola makan bergizi seimbang
Untuk mengoptimalkan kerja sistem imun pada masa pandemi, kita tetap memerlukan berbagai komponen nutrisi, seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan serat. Hanya saja perlu diperhatikan juga jadwal, jumlah, dan jenis makanan yang kita konsumsi untuk mengoptimalkan manfaat kesehatan yang diperoleh. Untuk mendukung upaya penurunan kolesterol dapat diupayakan pola makan rendah kalori dengan pembatasan asupan lemak jenuh, kolesterol, dan lemak trans, serta penambahan komponen serat larut air. Pasien dislipidemia dapat juga berkonsultasi dengan ahli gizi untuk pengaturan pola makan pada masa pandemi.
2. Rutin berolahraga
Aktivitas fisik yang disarankan untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah adalah olahraga intensitas sedang (contoh: jalan cepat, sepeda, berenang) selama 30 menit (dapat dibagi beberapa sesi, minimal 10 menit) yang dilakukan 4-6 kali seminggu. Perlu diperhatikan juga penerapan protokol kesehatan yang adekuat selama melakukan aktivitas fisik pada masa pandemi agar tetap terhindar dari risiko infeksi Covid-19, contoh menjaga jarak aman atau melakukan olahraga di rumah saja.
3. Menjaga berat badan ideal
Mereka yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas dihimbau untuk melakukan upaya penurunan berat badan, karena kelebihan berat badan dan obesitas merupakan faktor risiko terjadinya berbagai gangguan metabolisme tubuh.
4. Berhenti merokok
Paparan asap rokok mengandung berbagai substansi kimia berbahaya yang dapat mempercepat perkembangan berbagai jenis penyakit, termasuk gangguan pada sistem jantung dan pembuluh darah. Saat ini telah tersedia berbagai layanan kesehatan bagi mereka yang membutuhkan pendampingan dalam usaha berhenti merokok agar dapat mencapai kualitas kesehatan yang lebih baik.
Demikian beberapa tips yang dapat diterapkan untuk membantu menjaga kadar kolesterol secara umum, khususnya selama masa pandemi. Tentunya gaya hidup sehat ini juga tetap harus dipertahankan setelah kita semua berhasil melewati masa pandemi, agar terhindar dari permasalahan kesehatan lain yang tidak kalah serius pada kemudian hari. Bagi mereka yang sudah pernah terdiagnosis dengan dislipidemia, upaya penerapan gaya hidup sehat ini juga harus disertai dengan pemantauan kadar kolesterol berkala dan mematuhi instruksi dokter apabila memperoleh resep obat penurun kolesterol. Beberapa contoh obat penurun kolesterol yang sering diresepkan dokter bagi pasien dislipidemia antara lain obat golongan statin (contoh: rosuvastatin, atorvastatin, simvastatin); ezetimibe, fibrate (contoh: gemfibrozil, fenofibrate), dan bile acid sequestrant (contoh: cholestyramine, colestipol). Kepatuhan minum obat memegang peranan penting dalam pencapaian keberhasilan terapi dislipidemia, berupa penurunan kadar kolesterol yang berdampak pada penurunan risiko kardiovaskular dalam jangka panjang.
Referensi:
1. Pedoman pengelolaan dislipidemia di Indonesia 2021. PERKENI. Available from:https://pbperkeni.or.id/wp-content/uploads/2022/02/23-11-21-Website-Panduan-Dislipidemia-2021-Ebook.pdf
2. Cholesterol in the Blood. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/high-cholesterol/cholesterol-in-the-blood
3. HDL (Good), LDL (Bad) Cholesterol and Triglycerides. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/cholesterol/hdl-good-ldl-bad-cholesterol-and-triglycerides
4. Jontez NB, et al. The impact of COVID-19-related lockdown on diet and serum markers in healthy adults. Nutrients 2021;13(1082):1-17.
MPL/OGB/003/II/2022
コメント