Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Antibiotik termasuk salah satu jenis obat yang cukup akrab di telinga masyarakat, sayangnya tidak semua orang memahami cara penggunaan antibiotik yang bijak dan benar, padahal penggunaan antibiotik yang tidak mengikuti anjuran berpotensi menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah terjadinya resistansi antibiotik. Apa itu fenomena resistansi antibiotik dan bagaimana mencegahnya? Simak dalam pembahasan selanjutnya!
Resistansi antibiotik: saat bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik
Sejak penemuan antibiotik pertama di awal abad ke-20, keberadaan antibiotik memfasilitasi revolusi dalam penanganan beragam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik pun dengan segera menjadi obat yang digunakan secara luas di seluruh dunia, disusul dengan penemuan berbagai jenis antibiotik lainnya. Akan tetapi, golden era of antibiotics ini tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan karena kecepatan penemuan antibiotik baru cenderung berkurang, ditambah lagi dengan munculnya fenomena resistansi antibiotik yang menyebabkan obat ini tidak dapat memberikan manfaat sesuai yang diharapkan.
Walaupun bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang tampak jauh lebih sederhana dibandingkan makhluk hidup lain seperti mamalia, namun bakteri juga memiliki mekanisme untuk bertahan hidup saat berada di lingkungan yang kurang ideal. Keberadaan antibiotik menjadi salah satu ancaman bagi eksistensi bakteri, yang kemudian mendasari terjadinya mutasi ataupun berbagai pergeseran biokimia dan fisiologis agar bakteri tetap mampu bertahan hidup sekalipun terpapar antibiotik. Hal ini menjadi cikal bakal permasalahan kesehatan yang serius di kemudian hari, yaitu menangani fenomena resistansi antibiotik yang seiring waktu semakin mengkhawatirkan.
Resistansi antibiotik adalah suatu kondisi berkurang atau hilangnya respons bakteri terhadap pemberian antibiotik yang ditujukan untuk membunuh atau menghambat perkembangannya. Saat terjadi resistansi antibiotik, bukan tubuh manusia yang menjadi kebal terhadap kerja antibiotik, melainkan bakteri penyebab infeksi di tubuh manusialah yang kemudian dapat dikatakan kebal terhadap pemberian antibiotik.
Perubahan genetik berupa mutasi maupun bentuk adaptasi lain yang dilakukan oleh bakteri yang menyebabkan terjadinya resistansi terhadap antibiotik dapat diwariskan saat bakteri berkembang biak. Superbugs, sebutan untuk bakteri-bakteri yang kebal terhadap antibiotik, sangat berbahaya apabila kemudian menyebar luas dan menyebabkan penyakit infeksi di komunitas maupun infeksi nosokomial.
Infeksi-infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resistan terhadap antibiotik akan lebih sulit untuk ditangani karena pilihan obat yang terbatas. Hal ini meningkatkan risiko perburukan penyakit, risiko kematian, serta meningkatnya biaya pengobatan yang diperlukan untuk menangani kasus infeksi tersebut. Contoh: kasus tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh bakteri multidrug-resistant, atau kebal terhadap jenis-jenis antibiotik lini pertama untuk kasus TB, relatif lebih sulit diatasi dan memakan waktu pengobatan yang lebih lama dengan risiko komplikasi yang lebih berat.
Bagaimana cara mencegah resistansi antibiotik?
Resistansi antibiotik merupakan suatu fenomena kompleks yang tidak dapat sepenuhnya dihilangkan sepanjang kita masih menggunakan obat antibiotik, mengingat adanya mekanisme adaptasi yang baik dari bakteri untuk dapat mempertahankan eksistensinya. Akan tetapi, peluang terjadinya resistansi antibiotik dapat diminimalisasi dengan berbagai upaya, baik yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, pemangku kebijakan terkait, maupun oleh masyarakat luas. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi timbulnya resistansi antibiotik, baik yang berasal dari bakteri, faktor obat, dan faktor yang berasal dari manusia. WHO menyebutkan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya resistansi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan (misuse and overuse of antibiotics). Terkait dengan fakta ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk menekan kejadian resistansi antibiotik adalah dengan bijak menggunakan antibiotik. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antibiotik:
1. Hanya mengonsumsi antibiotik apabila diresepkan oleh dokter (tidak menggunakan secara mandiri/swamedikasi)
Meskipun antibiotik dikembangkan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit, namun tidak semua infeksi bakteri membutuhkan terapi dengan antibiotik. Inilah mengapa keputusan untuk memberikan terapi menggunakan antibiotik hanya bisa diberikan setelah Dokter melakukan pemeriksaan yang komprehensif pada kasus yang dihadapi. Sangat tidak dianjurkan melakukan swamedikasi untuk mengobati apalagi mencegah penyakit infeksi dengan mengonsumsi obat golongan antibiotik, ataupun menggunakan antibiotik sisa sakit sebelumnya atau milik orang lain. Perlu dipahami bahwa penyakit infeksi tidak hanya disebabkan oleh bakteri, melainkan dapat juga dapat disebabkan oleh organisme lain seperti virus, jamur, dan parasit, walaupun gejala yang timbul dapat menunjukkan kemiripan satu sama lain. Oleh karena itu, apabila pasien mengalami gangguan kesehatan yang tidak membaik dengan pemberian obat-obatan untuk meredakan gejala (simtomatis), maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan Dokter untuk mendapatkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh.
2. Menggunakan antibiotik dengan teratur sampai habis sesuai instruksi yang diberikan
Pada saat seseorang menerima pengobatan dengan suatu antibiotik, umumnya dokter atau apoteker yang menyerahkan obat akan memberikan instruksi mengenai cara penggunaan obat, yaitu bahwa antibiotik harus digunakan sesuai jadwal pemberian tertentu dan harus dihabiskan. Tidak sedikit pasien yang mengabaikan instruksi ini dan hanya mengonsumsi antibiotik hingga keluhan dirasakan hilang atau berkurang. Hal ini menyebabkan bakteri terpapar antibiotik pada kadar yang kurang optimal untuk menghentikan pertumbuhannya, dan lebih jauh lagi, jika terdapat sejumlah bakteri yang mulai kebal atau resistan, maka pemberian antibiotik yang tidak tuntas atau tidak sesuai instruksi akan semakin mempermudah perkembangbiakannya. Suatu antibiotik telah melalui banyak penelitian untuk menetapkan regimen yang terbukti efektif membunuh kuman penyebab suatu infeksi dengan optimal. Oleh karena itu, tenaga kesehatan yang menyerahkan antibiotik kepada pasien juga perlu memastikan bahwa pasien telah memahami instruksi penggunaan obat dengan baik. Demikian pula saat pasien mengalami masalah tertentu saat menggunakan antibiotik seperti efek samping yang dirasa mengganggu, maka pasien sebaiknya disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter dan tidak sembarangan menghentikan terapi antibiotik.
3. Menerima vaksinasi untuk meminimalisasi risiko infeksi
Vaksinasi seringkali dianggap sebagai kebutuhan kesehatan untuk populasi bayi dan anak-anak, padahal faktanya vaksinasi merupakan metode pencegahan yang relatif aman dan terbukti efektif untuk menekan kejadian infeksi bakteri atau virus berbahaya yang dapat bermanfaat untuk semua rentang usia. Mendapatkan vaksinasi sesuai dengan yang direkomendasikan pada setiap rentang usia dan sesuai risiko kesehatan yang dimiliki akan sangat membantu menghindarkan kita dari kasus infeksi yang sebagian memerlukan penggunaan antibiotik. Masing-masing individu dapat berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mengenai kebutuhan vaksin yang sesuai dengan kondisinya.
4. Melakukan kebiasaan cuci tangan yang baik
Seperti halnya vaksinasi, melakukan kebiasaan cuci tangan yang baik, yang juga merupakan bagian dari pola hidup bersih dan sehat, merupakan salah satu usaha preventif untuk berbagai jenis penyakit infeksi. Walaupun demikian, menerima vaksinasi dan melakukan kebiasaan cuci tangan yang baik bukanlah dua hal yang dapat dipilih salah satunya saja, melainkan keduanya sebaiknya dijalankan agar kita memperoleh proteksi yang optimal dari berbagai kasus infeksi, mulai dari infeksi ringan hingga infeksi yang berat.
Demikian penjelasan mengenai pentingnya mengonsumsi antibiotik dengan bijak. Dengan memperhatikan dan mendukung penggunaan antibiotik yang bijak, kita dapat berkontribusi pada upaya menekan kejadian resistansi antibiotik sehingga tidak menjadi permasalahan yang lebih kompleks di masa yang akan datang.
Referensi:
1. Choosing Wisely Canada. Using Antibiotics Wisely. Available from: https://choosingwiselycanada.org/campaign/antibiotics/
2. MedlinePlus. Using antibiotics wisely. Available from: https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000959.htm
3. Centers for Disease Control and Prevention. About Antibiotic Resistance. Available from: https://www.cdc.gov/drugresistance/about.html
4. WHO. Antibiotic resistance. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antibiotic-resistance
5. Davies J and Davies D. Origins and Evolution of Antibiotic Resistance. Microbiol Mol Biol Rev. 2010;74(3):417–33.
MPL/OGB/023/IX/2021
Comments