Penderita penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi, dan kolesterol tinggi dianjurkan untuk meminum obat secara teratur. Obat penurun gula darah, tekanan darah, maupun kolesterol biasanya diminum dalam jangka panjang untuk mempertahankan efek terapi dan mencegah komplikasi serta perburukan penyakit. Selain penyakit kronis, beberapa penyakit akut lain pun mengharuskan pasien untuk menggunakan obat dengan aturan atau jadwal tertentu (contoh: antibiotik harus diminum selama periode waktu tertentu).
Tak jarang, satu pasien membutuhkan lebih dari satu obat untuk mengatasi penyakit yang dideritanya. Apalagi jika menderita 2-3 penyakit sekaligus, tentu semakin banyak obat yang harus diminum. Hal ini banyak dijumpai pada pasien usia lanjut, yang sebagian mulai mengalami penurunan fungsi kognitif yang salah satunya ditandai dengan mudah lupa.
Ketidakpatuhan minum obat didefinisikan sebagai kegagalan pasien, baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dalam menggunakan obat sebagaimana diresepkan. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien tidak patuh terhadap pengobatan. Persentase ketidakpatuhan bahkan dapat mencapai 70% jika aturan atau jadwal penggunaan obat dikombinasikan dengan modalitas pengobatan lain ataupun perubahan gaya hidup.
Ketidakpatuhan minum obat dapat menyebabkan efektivitas terapi menjadi berkurang sehingga berpotensi memperburuk kondisi pasien, meningkatkan risiko kekambuhan dan komplikasi penyakit, penurunan kualitas hidup, serta peningkatan biaya perawatan. Pada beberapa kasus, ketidakpatuhan minum obat bahkan dapat berdampak fatal, hingga menyebabkan kematian. Menurut National Community Pharmacists Association (NCPA) di Amerika Serikat, ketidakpatuhan minum obat akan mengancam kesehatan pasien dan menambah beban biayakesehatan. Di Amerika Serikat, ketidakpatuhan terhadap pengobatan menyebabkan 125.000 kematian setiap tahunnya dan meningkatkan biaya perawatan di rumah sakit sebesar 10-25%.
Penyebab Ketidakpatuhan Minum Obat
Terdapat beragam faktor yang dapat menyebabkan pasien tidak patuh minum obat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengategorikan alasan potensial ketidakpatuhan pengobatan menjadi 5 kelompok besar, meliputi faktor pasien, kondisi penyakit, faktor terapi (temasuk kompleksitas pengobatan dan efek samping), faktor sosial ekonomi, serta faktor yang berhubungan dengan sistem kesehatan.
Berikut ini beberapa alasan yang sering menyebabkan ketidakpatuhan minum obat:
· Kurangnya pengetahuan pasien mengenai obat dan penyakitnya
· Faktor kognitif (lupa)
· Menerima banyak jenis obat
· Aturan atau jadwal penggunaan obat yang kompleks
· Mengalami efek samping obat
Cara Meningkatkan Kepatuhan Minum Obat
Meskipun ketidakpatuhan terhadap pengobatan dapat menimbulkan masalah besar, namun kesadaran tentang masalah ini tergolong masih rendah. Berikut beberapa cara yang dapat diupayakan, terutama oleh petugas kesehatan, untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan:
1. Menyederhanakan aturan atau jadwal penggunaan obat
Menyederhanakan aturan atau jadwal penggunaan obat dapat dilakukan dengan memilih obat yang memiliki durasi kerja panjang atau obat dengan formulasi lepas lambat sehingga frekuensi minum obat dapat diturunkan. Penyederhanaan juga dapat dilakukan dengan memberikan sediaan berupa fixed doses combination yang menggabungkan 2-3 jenis obat dalam satu sediaan (dapat dijumpai pada obat diabetes, hipertensi, kolesterol, atau tuberkulosis/TBC yang menggabungkan beberapa zat aktif dalam satu sediaan). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Nova Scotia, Kanada, pasien hipertensi lebih patuh minum obat yang diminum sekali sehari daripada obat yang harus diminum 2-3 kali sehari.
2. Meningkatkan pemahaman pasien tentang penyakit dan pengobatannya
Edukasi dan konseling tentang penyakit dan tujuan pengobatan sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan minum obat. Penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memahami penyakit dan tujuan pengobatannya cenderung lebih patuh untuk menjalani proses pengobatan dengan benar. Namun perlu diperhatikan bahwa memiliki latar belakang pendidikan dan beberapa faktor lainnya akan memengaruhi tingkat pemahaman setiap pasien. Oleh karena itu, petugas kesehatan sebaiknya memiliki teknik komunikasi yang baik dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami pasien. Penggunaan istilah medis yang kompleks sebaiknya dihindari.
3. Meningkatkan kesadaran pasien tentang pentingnya modifikasi gaya hidup
Keberhasilan pengobatan tidak hanya dipengaruhi oleh obat yang dikonsumsi, melainkan juga oleh pola hidup pasien. Hal ini nampak jelas pada kasus penyakit kronis serta penyakit infeksi. Oleh karena itu, edukasi terkait gaya hidup sehat juga harus selalu diberikan oleh tenaga kesehatan pada saat menyerahkan obat kepada pasien. Dengan demikian diharapkan pasien dapat lebih merasakan keberhasilan pengobatan yang dijalaninya. Jika memungkinkan tenaga kesehatan dapat melakukan konseling, follow-up atau mengirimkan pengingat elektronik agar kepatuhan pasien terhadap pengobatan semakin meningkat.
4. Menginformasikan potensi efek samping dan penanganannya
Tidak sedikit pasien yang tidak patuh minum obat karena merasakan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Oleh karena itu, informasi mengenai potensi efek samping, terutama yang sering muncul, serta apa yang harus dilakukan oleh pasien jika hal itu terjadi, menjadi sesuatu yang penting untuk diberikan oleh tenaga kesehatan.
Referensi:
コメント