Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya organisme patogen di dalam tubuh. Berdasarkan penyebabnya, penyakit infeksi dapat dibedakan menjadi infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi jamur, dan infeksi parasit. Masing-masing jenis infeksi ini memerlukan pendekatan terapi yang berbeda, karena umumnya agen antiinfeksi akan bekerja spesifik pada jenis agen penginfeksi tertentu. Tulisan ini akan secara khusus membahas perbedaan obat golongan antibiotik dan antivirus, mengingat infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus merupakan jenis penyakit infeksi yang relatif paling sering terjadi di masyarakat. Berkaca dari kondisi pandemi Covid-19, tidak sedikit kasus di mana masyarakat berbondong-bondong memburu obat golongan antibiotik serta antivirus demi mengatasi atau bahkan mencegah infeksi kuman penyakit, tanpa bekal yang cukup terkait manfaat dan risiko penggunaan obat-obatan tersebut. Padahal kedua jenis obat ini adalah golongan obat keras yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Dengan memahami prinsip kerja kedua jenis obat ini, diharapkan tidak terjadi permasalahan terkait obat yang timbul akibat penggunaan obat yang tidak tepat tanpa pengawasan tenaga kesehatan.
Perbedaan Infeksi Bakteri dan Virus
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bakteri dan virus adalah jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan penyakit infeksi pada manusia, dan penanganan kedua jenis infeksi ini juga akan berbeda sesuai dengan penyebabnya. Bakteri adalah sejenis organisme mikroskopik bersel tunggal yang sebagian jenisnya dapat menyebabkan penyakit pada berbagai organ di tubuh manusia, seperti infeksi saluran napas (contoh: pneumonia bakterial, tuberculosis), saluran cerna (contoh: gastroenteritis bacterial, tifoid), infeksi saluran kemih, kulit, dan lain sebagainya. Tidak semua bakteri menyebabkan penyakit, sebagian bahkan menguntungkan untuk tubuh. Bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia disebut juga dengan bakteri patogen. Contoh bakteri patogen adalah Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit tuberculosis (TB).
Berbeda dengan bakteri, virus merupakan agen penginfeksi yang berukuran jauh lebih kecil dari sel bakteri. Virus membawa materi genetik dan hanya dapat bereplikasi dengan mengandalkan sel tubuh inang yang dimasukinya. Contoh penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus adalah demam berdarah, influenza, dan Covid-19.
Salah satu tantangan yang dihadapi saat menangani penyakit infeksi adalah menentukan organisme penyebabnya. Hal ini disebabkan karena tak jarang infeksi bakteri maupun virus menunjukkan kemiripan gejala. Beberapa penyakit seperti pneumonia, meningitis, dan gastroenteritis dapat disebabkan oleh keduanya. Untuk itu, dokter perlu menelusuri riwayat pasien, melakukan pemeriksaan fisik, serta penunjang yang diperlukan (seperti tes darah, tes urine, kultur, pencitraan, dan lain sebagainya) untuk menentukan diagnosis dan memberikan terapi yang tepat. Saat itulah Dokter juga akan memutuskan perlu atau tidaknya pemberian agen antiinfeksi, seperti antibiotik ataupun antivirus.
Mengenal Obat Golongan Antibiotik dan Antivirus
Antibiotik merupakan golongan obat yang bekerja dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang masuk ke dalam tubuh, oleh sebab itu antibiotik diperuntukkan untuk menangani berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sementara itu, sesuai namanya, obat golongan antivirus merupakan golongan obat yang digunakan untuk melawan infeksi virus. Meskipun demikian, tidak semua infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus, membutuhkan terapi dengan antibiotik atau antivirus. Inilah mengapa terapi dengan kedua jenis obat ini hanya bisa diberikan setelah Dokter melakukan pemeriksaan yang komprehensif pada kasus yang dihadapi. Sangat tidak dianjurkan bagi masyarakat untuk melakukan swamedikasi untuk mencegah maupun mengobati penyakit infeksi dengan mengonsumsi obat golongan antibiotik dan antivirus.
Obat antibiotik umumnya diklasifikasikan berdasarkan struktur kimianya maupun cara kerjanya. Terdapat berbagai jenis golongan antibiotik seperti golongan penicillin (contoh: amoxicillin), cephalosporin (contoh: cefixime), macrolide (contoh: azithromycin), fluoroquinolone (contoh: levofloxacin), sulfonamides (contoh: sulfamethoxazole), dan lain sebagainya. Dari segi mekanisme kerja, terdapat antibiotik yang bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) seperti antibiotik golongan beta-lactam (penicillin, cephalosporin, carbapenem), dan bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) seperti golongan macrolides dan sufonamides. Masing-masing obat antibiotik memiliki kekhasan dalam hal profil farmakokinetik dan farmakodinamik yang akan menjadi pertimbangan pemilihannya dalam terapi apabila diperlukan.
Berbeda dengan antibiotik yang digunakan pada sebagian besar kasus infeksi bakteri, hanya sebagian kecil infeksi virus yang memerlukan terapi dengan obat antivirus. Pasalnya, sebagian besar kasus infeksi virus bersifat self-limiting disease, atau dapat sembuh dengan sendirinya dengan bantuan bala tentara sistem imun tubuh (contoh: selesma/common cold). Akan tetapi, beberapa jenis infeksi virus memang memerlukan terapi dengan obat antivirus untuk meminimalisasi komplikasi atau mengendalikan perkembangbiakan serta penularan virus. Hal ini hanya dapat diputuskan oleh dokter berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, seperti halnya pada penggunaan antibiotik.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat antivirus dapat dibedakan menjadi entry blocker (menghambat masuknya virus ke sel host), nucleoside/nucleoside analogues dan nonnucleoside analogues yang bekerja dengan mengganggu proses sintesis materi genetik virus, interferons (IFNs), serta protease inhibitors yang bekerja dengan mengganggu proses maturasi virus. Beberapa jenis obat antivirus yang sering digunakan antara lain aciclovir, valaciclovir (digunakan dalam terapi human herpervirus), zidovudine, lamivudine (digunakan dalam terapi human immunodeficiency virus), entecavir (digunakan dalam terapi hepatitis), oseltamivir (digunakan dalam kasus influenza), serta favipiravir dan remdesivir (yang saat ini banyak digunakan dan mendapatkan emergency use authorization (EUA) untuk terapi Covid-19).
Demikian pembahasan singkat mengenai peran antibiotik dan antivirus dalam menangani beragam kasus infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Apoteker sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang penting untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penggunaan obat yang tepat dan bijak, agar obat-obatan tersebut mampu memberikan manfaat yang diperlukan tanpa menimbulkan masalah yang tidak diharapkan.
Referensi:
1. Medical News Today. What are the symptoms of a bacterial infection?. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/bacterial-infection-symptoms
2. Healthgrades. Viral Diseases. Available from: https://www.healthgrades.com/right-care/infections-and-contagious-diseases/viral-diseases
3. Healthline. What’s the Difference Between Bacterial and Viral Infections?. Available from: https://www.healthline.com/health/bacterial-vs-viral-infections
4. WebMD. Bacterial and Viral Infections. Available from: https://www.webmd.com/a-to-z-guides/bacterial-and-viral-infections
5. Medmate. Understanding Antibiotics vs Antivirals. Available from: https://medmate.com.au/news/understanding-antibiotics-vs-antivirals/
6. Onhealth. Bacterial Infections. Available from: https://www.onhealth.com/content/1/bacterial_infections
7. Healthline. Infections: What You Need To Know?. Available from: https://www.healthline.com/health/infections#4
8. Antiviral Drug. Available from: https://www.sciencedirect.com/topics/chemistry/antiviral-drug
MPL/OGB/022/IX/2021
Comments